Masyarakat Dikhawatirkan Beralih ke Gas LPG Subsidi, Begini Respons Hiswana Migas

[ILUSTRASI] Pekerja sedang menata gas LPG non subsidi ukuran 12 kilogram di distributor bernama CV. Sido Rahayu, Jalan Bhayangkara No.66, Kalurahan Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Jogja, Senin (27/12/2021). 


GARIS KOMANDO - Harga gas LPG nonsubsidi resmi naik per 1 Maret 2022. Untuk gas LPG ukuran 12 kilogram (kg) dijual dengan harga Rp190 ribu dan ukuran 5,5 kg Rp90.000.

Padahal pada Desember 2021 lalu harga gas LPG nonsubsidi telah naik. Dengan demikian, belum genap empat bulan, Pertamina sudah melakukan dua kali penyesuaian gas LPG nonsubsidi.

Kenaikan harga gas LPG nonsubsidi dikhawatirkan membuat masyarakat beralih menggunakan gas LPG subsidi. Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Pertimbangan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Siswanto tak menampik hal itu bisa terjadi.

"Kalau hal itu bisa saja terjadi (masyarakat beralih ke gas subsidi)," kata Siswanto, Senin (7/3/2022).

Dia menyampaikan bahwa ia tidak bisa melarang yang akan beralih ke gas subsidi. Pasalnya, Hiswana Migas DIY merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah.

"Kami hanya kepanjangan tangan dari pemerintah, mau tidak mau kami harus menyalurkan gas subsidi ke masyarakat yang berhak," ujarnya.

Kendati demikian, yang jadi persoalan saat masyarakat beralih memakai gas elpiji adalah peruntukannya.

"Permasalahannya sekarang masyarakat yang berhak penggunaannya benar atau tidak, artinya apakah ada penyelewengan," papar dia.

Selain itu, diakuinya jika masyarakat kaget dengan kenaikan gas LPG nonsubsidi dalam rentang waktu yang relatif singkat. Untuk itu, ia berpesan agar hal ini disikapi dengan kepala dingin.

"Sekarang masyarakat masih kaget karena naik dua kali, kemarin baru naik kok sekarang naik lagi, banyak yang mengeluh. Hal seperti ini perlu disikapi dengan kepala dingin," ujarnya.

Siswanto beranggapan bila situasi semacam ini terjadi secara global. Artinya, kenaikan harga gas tidak hanya terjadi di Indonesia.

"Bukan hanya negara Indonesia saja yang merasakan naiknya harga gas tapi di negara lain juga karena perang antara Rusia dan Ukraina. Khususnya kebutuhan BBM, sedangkan LPG juga bahannya masih dari BBM," tambahnya.

Sumber

Posting Komentar

0 Komentar