Permintaan Maaf KPU Kota Bandar Lampung Terkait Maskot Di Kritisi Raja Sekala Brak Kepaksian Belunguh


GK, Lampung
– Raja Sekala Brak Kepaksian Belunguh : Jangan Telor Mata Sapi, Siapa yang berjuang, Orang Lain yang jadi Pahlawan.

Terkait Polemik Maskot Kera KPU Kota Bandar Lampung, Suttan Junjungan Sakti Yang Dipertuan Sekala Brak Kepaksian Belunguh angkat bicara, dalam beberapa hari terakhir kita dihebohkan dengan penggunaan simbol adat pada maskot Kera yang dipertontonkan oleh KPU Kota Bandar Lampung.

Tentunya Maskot Kera itu menjadi polemik ditengah masyarakat yang menimbulkan banyak protes dari semua kalangan.

Simbol adat Lampung merupakan suatu kekayaan budaya yang memiliki makna-makna mendalam, mengatur setiap sisi kehidupan sosial kemasyarakatan, yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, sehingga dapat disimpulkan bahwa orang yang memegang teguh adat adalah orang yang beradat, orang yang beradat tentunya adalah orang yang beradab, bukan gerombolan orang biadab.

Setiap simbol-simbol keadatan itu diciptakan oleh leluhur orang Lampung dengan mengedepankan dan menyerap nilai-nilai keluhuran yang terjadi dalam setiap perjalanan proses kehidupan, artinya dari setiap simbol adat terdapat nilai-nilai moral yang tinggi, dan hukumnya secara adat wajib dijaga marwah dan kelestariannya.

Sedangkan kera merupakan simbol keserakahan, kelicikan, dan pembuat kegaduhan, alangkah tercelanya apabila maskot lembaga penyelenggara pemilu adalah kera, jangan sampai sifat-sifat kera itu melekat pada diri kita apalagi maskot kera tersebut dipakaikan pakaian adat Lampung.

Saya selaku pimpinan adat Sekala Brak Kepaksian Belunguh bersama beberapa tokoh adat yang lain dan ormas Laskar Lampung, memprotes keras maskot tersebut, karena kami merasa memiliki adat dan merasa mencintai adat, jangan sampai ada orang-orang tertentu yang menyinggung apalagi menghina simbol-simbol adat.

Kami berharap Proses Hukum harus tetap berjalan, dan kami tegaskan bahwa belum ada perdamaian terhadap kami para tokoh adat yang memprotes maskot tersebut, mereka yang berdamai kemaren kemana aja, kok sekarang muncul menjadi pahlawan, padahal waktu peluncuran maskot tersebut mereka yang menerima perdamaian tersebut tidak bersuara sedikitpun, mengapa sekarang mereka berani mengatas namakan tokoh adat saibatin dan pepadun se-prov. Lampung.

Bagi saya selaku pimpinan adat Sekala Brak Kepaksian Belunguh, salah satu ciri orang beradat itu yaitu memiliki budaya malu dan tidak mengklaim perjuangan orang lain.(red)

Posting Komentar

0 Komentar