Bandar Lampung – Hasil ekshumasi terhadap jenazah Pratama Wijaya Kusuma, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Program Studi Bisnis Digital Universitas Lampung (Unila) angkatan 2024, mengungkap adanya tumor otak. Namun, dari hasil penyelidikan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Lampung, ditemukan pula adanya indikasi kekerasan yang terjadi saat kegiatan pendidikan dasar (Diksar) Mahasiswa Pecinta Alam (Mahepel) Unila.
Perkembangan hasil penyelidikan tersebut diekspos oleh Polda Lampung pada Selasa (7/10/2025).
Direktur Reskrimum Polda Lampung Kombes Pol. Indra Hermawan, didampingi Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol. Yuni Iswandari Yuyun, menjelaskan bahwa berdasarkan keterangan saksi, surat, petunjuk ahli, dan barang bukti, pihaknya menemukan adanya tindakan kekerasan yang dialami korban dan beberapa peserta lain selama kegiatan Diksar.
“Dari bukti yang ada kami menemukan adanya unsur kekerasan. Namun, untuk menggambarkan secara pasti siapa yang melakukan dan bagaimana peristiwanya tidak mudah karena melibatkan banyak orang di lokasi yang sama,” ujar Kombes Indra.
Ia menambahkan, pihaknya belum dapat menyimpulkan pelaku yang bertanggung jawab dan masih membutuhkan penguatan bukti dari saksi-saksi. “Hari ini kasusnya telah kami tingkatkan ke tahap penyidikan karena ditemukan unsur pidana. Kami akan terus mendalami siapa yang terbukti bersalah untuk kemudian diproses hukum,” tambahnya.
Sementara itu, hasil ekshumasi yang dilakukan oleh dokter spesialis forensik dr. I Putu Swartama Wiguna menunjukkan bahwa korban mengalami tumor otak yang mengeluarkan cairan. Namun, kondisi jenazah yang sudah mengalami pembusukan menyulitkan tim medis menemukan tanda-tanda kekerasan secara detail.
“Secara medis ditemukan adanya tumor otak pada korban Pratama. Akan tetapi, karena kondisi jenazah sudah membusuk, sulit memastikan adanya luka akibat kekerasan,” jelas dr. I Putu Swartama.
Di sisi lain, ibu korban, Wirnawati, menyatakan kebingungannya atas hasil tersebut. Menurutnya, sejak kecil Pratama tidak pernah menunjukkan gejala sakit apalagi tumor. “Anak saya tidak pernah sakit, apalagi tumor. Sejak kecil dia sehat,” ucap Wirnawati usai kegiatan ekspos.
Sebelumnya, kasus meninggalnya Pratama sempat ditangani dalam tahap penyelidikan sejak 20 Juni 2025. Polisi telah memeriksa 52 saksi, terdiri dari 11 panitia kegiatan, 28 alumni, serta satu tenaga medis yang sempat merawat korban.
Pihak kepolisian menyatakan akan terus mengusut kasus ini hingga tuntas dan meminta doa serta dukungan masyarakat agar proses hukum berjalan lancar dan transparan.